Badan Gizi Nasional (BGN) menyampaikan permintaan maaf secara terbuka menyusul insiden keracunan massal dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang kembali terjadi, kali ini di Nusa Tenggara Timur (NTT). Staf Khusus Kepala BGN bidang Komunikasi, Redy Hendra Gunawan, menyatakan permohonan maaf kepada seluruh pihak yang terdampak atas insiden tersebut. “Kami mewakili BGN menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya kepada para siswa, kepada orang tua, kepada pihak-pihak yang terdampak atas kejadian dan insiden yang terjadi di NTT,” ujar Hendra dalam keterangan secara virtual, Selasa (29/7/2025).
“BGN telah mengambil langkah tegas dengan melakukan pemberhentian operasional SPPG terkait kejadian tersebut,” lanjut dia. Hendra menegaskan bahwa BGN tidak menoleransi adanya kelalaian dalam pengelolaan Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) karena hal tersebut dapat membahayakan kesehatan para penerima manfaat.
“BGN tidak menoleransi kelalaian dalam hal pengelolaan Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi yang tentu akan sangat berbahaya bagi kesehatan penerima manfaat,” tegasnya. Ia menjelaskan bahwa pihaknya telah menindaklanjuti keluhan-keluhan yang masuk terkait pelaksanaan MBG, termasuk insiden di NTT. Saat ini, investigasi tengah dilakukan bersama Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), dinas kesehatan setempat, dan sejumlah lembaga independen.
Hendra menegaskan bahwa BGN tengah menunggu hasil resmi dari penyelidikan tersebut. Koordinasi intensif dengan pemerintah daerah juga telah dilakukan untuk memastikan penanganan cepat terhadap kasus ini. Menurut Hendra, penanggulangan juga mengacu pada Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 86 terkait keamanan pangan.
“Berdasarkan PP 86 terkait dengan keamanan pangan, BGN juga telah melakukan penanggulangan-penanggulangan terkait dengan kejadian luar biasa, sehingga semua pihak terlibat di dalam penyelesaian dan penanggulangan insiden yang terjadi di NTT,” jelasnya. “Sekali lagi, kami dari BGN memohon maaf sebesar-besarnya atas kejadian ini. Ini akan kami jadikan sebagai bahan perbaikan di masa depan,” lanjut Redy. Ia juga menambahkan bahwa BGN sangat terbuka terhadap masukan dan kritik dari masyarakat guna memperbaiki pelaksanaan program MBG ke depan.
Kasus keracunan MBG di NTT
Sebelumnya, sebanyak 111 siswa dan siswi sekolah menengah pertama (SMP) Negeri 8 Kota Kupang, NTT, dilarikan ke sejumlah rumah sakit usai menyantap MBG pada Selasa (22/7/2025).
Korban keracunan pun bertambah, dari 111 siswa menjadi 130 orang. Tak hanya di SMP Negeri 8 Kota Kupang, korban keracunan MBG juga dialami 13 murid sekolah dasar (SD) Negeri Tenau Kota Kupang dan dua siswa SMA Negeri 1 Taebenu, Kabupaten Kupang. Kejadian yang sama juga dialami 75 siswa SMA dan SMK di Kabupaten Sumba Barat Daya. Saat ini, 75 siswa dirawat di Rumah Sakit Karitas Waitabula, Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Reda Bolo, dan Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Radamata.
Sebagai catatan, kasus keracunan MBG bukan kali pertama terjadi. Sejak peluncuran MBG pada Januari 2025 lalu, kasus keracunan kerap kali terjadi dengan berbagai sebab, mulai dari penggunaan food tray, kebersihan bahan baku, hingga proses memasak yang belum memenuhi standar. (sumber : Kompas.com)