Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Uncategorized

“Menanam Sehat Hari Ini, Menuai Kejayaan Bangsa yang Hebat Esok Hari”

89
×

“Menanam Sehat Hari Ini, Menuai Kejayaan Bangsa yang Hebat Esok Hari”

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

Oleh : Arif Sumantri*)

Dalam arus perubahan global yang kian dinamis, kesehatan tidak lagi berdiri sebagai urusan personal semata, melainkan sebagai fondasi peradaban. Hari Kesehatan Nasional (HKN) Tahun 2025 mengangkat tema “Generasi Sehat, Masa Depan Hebat”, sebuah pesan yang mengajak bangsa ini merenungi bahwa kualitas kesehatan hari ini adalah cerminan masa depan anak-anak yang kelak mewarisi bumi. Tema ini sejalan dengan Agenda Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), terutama tujuan ke-3 (Good Health and Well-Being), ke-6 (Clean Water and Sanitation), dan ke-12 (Responsible Consumption and Production) yang menekankan pentingnya deteksi aman lingkungan sebagai jantung preventif kesehatan pada masyarakat.

Example 300x600

Badan Kesehatan Dunia (WHO) mencatat bahwa 60% beban penyakit global dipengaruhi lingkungan fisik dan perilaku gaya hidup. Di Indonesia, data Riskesdas 2023 menunjukkan peningkatan prevalensi obesitas remaja mencapai 23%, sementara kejadian diare akibat kontaminasi pangan masih menempati tiga besar penyakit berbasis lingkungan. Angka-angka ini menjadi alarm yang mengingatkan bahwa generasi masa depan membutuhkan ekosistem kesehatan yang kuat, sistemik, dan berkelanjutan. Namun di balik data tersebut, optimisme tumbuh. Indonesia memasuki momentum kebangkitan kesehatan preventif, promotif, dan kesehatan lingkungan berbasis masyarakat.

Berbagai kajian Organisasi Kesehatan Dunia (WHO, 2023) menunjukkan bahwa sekitar 25% beban penyakit global berkaitan dengan faktor lingkungan yang dapat dicegah, termasuk kualitas air, sanitasi, limbah, polusi udara, hingga keamanan pangan. Sementara itu, UNICEF (2024) memperkirakan 1.8 miliar anak di seluruh dunia terpapar risiko sanitasi buruk, yang berdampak pada stunting, infeksi saluran pencernaan, dan penurunan kapasitas kognitif. Data ini menyapa nurani kita bahwa kesehatan lingkungan bukan sekadar teknis, tetapi etika kemanusiaan: menjaga kehidupan dari sumbernya.

Dalam perspektif pembangunan nasional, investasi pada sanitasi dan kesehatan lingkungan berkontribusi pada peningkatan produktivitas nasional hingga 4,3% GDP (Bappenas, 2023). Maka, SDGs tidak dapat dicapai tanpa fondasi preventif yang kuat.

Kesadaran adalah jendela pengetahuan. Hari Kesehatan Nasional (HKN) bertujuan membangun awareness bahwa tindakan preventif bukan sekadar rutinitas, tetapi seni merawat tubuh, lingkungan, dan masa depan generasi. Studi epidemiologi nasional menunjukkan bahwa penyakit tidak menular menyumbang 73% kematian di Indonesia (Kemenkes RI, 2024), sebagian besar akibat gaya hidup dan paparan lingkungan yang dapat dicegah. Melalui HKN, masyarakat diingatkan bahwa kesehatan bukan hanya ketika sakit datang, tetapi ketika keseharian diberkahi keputusan yang bijaksana: makanan sehat, lingkungan bersih, sanitasi terjamin, dan monitoring risiko.

Kesadaran masyarakat mengenai pentingnya gaya hidup sehat kini semakin meningkat, didorong oleh fakta bahwa: 70% penyakit dapat dicegah melalui aktivitas fisik, nutrisi seimbang, dan kebersihan lingkungan (CDC, 2024),  Penyakit berbasis pangan masih menjadi penyumbang kasus KLB di berbagai daerah akibat kontaminasi biologis, kimia, dan fisik. 25 juta anak sekolah di Indonesia mengonsumsi makanan siap saji di lingkungan sekolah setiap hari, menjadikan sanitasi pangan sebagai isu strategis nasional. Kesadaran bukan sekadar mengetahui, tetapi bertindak preventif. Di era ini, keluarga, sekolah, dan komunitas menjadi benteng pertama

Upaya preventif tidak dapat berjalan sendirian. Diantara tujuan HKN yang lain yaitu Engagement  (partisipasi) Partisipasi kolektif adalah saraf penghubung kesehatan di masyarakat. Kolaborasi masyarakat, tenaga kesehatan, akademisi, organisasi profesi, dan pemerintah lintas sektor dapat menurunkan beban penyakit hingga 36% (Lancet Public Health, 2022). Di ruang-ruang sunyi pekerjaan, tenaga sanitasi lingkungan hadir sebagai penjaga gerbang pencegahan. Mereka adalah harmoni dalam senyap, memeriksa kualitas air, mengawal sanitasi pangan aman, memastikan fasilitas bersih, dan mengedukasi tanpa letih. Seperti embun di ujung pagi, kehadiran mereka tak selalu terlihat, tetapi terasa dan menyelamatkan.

Pendekatan whole-of-society terbukti mampu menurunkan penyakit berbasis lingkungan hingga 30–40% (UNEP, 2021). Dalam konteks ini, gerakan: higiene sanitasi pangan, pengawasan dapur sekolah, pengendalian sampah organik, pangan halal-higienis menjadi kunci pembangunan generasi sehat.

Tujuan berikutnya dari HKN yaitu Edukasi pada  masyarakat, seyogyanya adaptif, inklusif, dan berbasis bukti. Saat ini, literasi kesehatan nasional baru mencapai 54% (Kemenkes, 2024), menandakan kebutuhan peningkatan pemahaman ilmiah dalam pengambilan keputusan. Pendidikan kesehatan berbasis data mampu mengurangi perilaku berisiko hingga 41% (Journal of Health Education, 2023). Dari sekolah hingga komunitas, edukasi preventif adalah cahaya yang menyusuri lorong panjang perubahan perilaku.

Literasi kesehatan (health literacy) menentukan kualitas keputusan individu. Oleh karena itu, edukasi harus: adaptif terhadap budaya lokal, inklusif bagi seluruh usia, berbasis bukti (evidence-based), disebarkan melalui kanal digital, komunitas, dan institusi pendidikan. Hasil survei Kementerian Kesehatan (2024) menunjukkan bahwa 57% masyarakat belum memahami higiene pangan rumah tangga. Maka, edukasi menjadi alat strategis untuk mencegah risiko penyakit kontaminasi pangan (foodborne disease).

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) adalah investasi nutrisi nasional yang menargetkan kualitas generasi. Namun, makanan bergizi akan kehilangan makna bila disajikan dalam lingkungan yang tidak higienis. Di sinilah ahli sanitasi lingkungan menjaga standar laik higiene dan sanitasi di Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG). Mereka memastikan air bersih, peralatan steril, penanganan limbah aman, dan keamanan pangan terverifikasi. Tanpa sorot panggung, mereka membentangkan jaring pencegahan yang melindungi anak bangsa dari foodborne disease, diare, parasit, hingga kontaminan kimia.

Program nasional Makan Bergizi Gratis (MBG) menjadi kebijakan strategis yang memadukan nutrisi, pendidikan, dan perlindungan generasi. FAO (2023) menyatakan bahwa intervensi gizi pada usia sekolah memperkuat kapasitas kognitif dan memori jangka panjang.

Namun, gizi yang cukup saja belum memadai, makanan harus aman dari kontaminasi mikrobiologis, kimia, dan fisik. Untuk itu, pemerintah mewajibkan: setiap dapur SPPG memenuhi standar higiene sanitasi, manajemen limbah organik, air bersih cukup dan aman, pengawasan suhu kritis penyajian. Dan di titik ini, ahli sanitasi lingkungan menjadi penjaga pagar kualitas hygiene sanitasi pangan.

Sertifikat Laik Higiene Sanitasi (SLHS) adalah instrumen hukum dan teknis untuk menjamin bahwa fasilitas pengolahan pangan patuh terhadap standar keselamatan. SLHS diantaranya menilai: kebersihan ruang dapur, ventilasi, perlengkapan food handling, kontrol hama, prosedur pembersihan peralatan. SLHS bukan sekadar dokumen, melainkan janji moral kepada konsumen, bahwa pangan diolah dengan hormat terhadap kesehatan lingkungan untuk masyarakat, Dalam perspektif akademik, implementasi SLHS: menurunkan risiko foodborne disease, meningkatkan risk awareness penjamah, menyederhanakan pelacakan (traceability) ketika terjadi outbreak.

Hari Kesehatan Nasional 2025 adalah undangan moral. Ia menyeru agar kita menanam nutrisi, menumbuhkan kebersihan, dan menyinari generasi dengan literasi kesehatan. Generasi sehat bukan hanya jasmani tanpa penyakit, tetapi jiwa yang cerdas, disiplin, peka terhadap lingkungan, dan sadar bahwa masa depan dibangun melalui pilihan kecil setiap hari.

Dalam simfoni pembangunan bangsa, kesehatan adalah nada dasar, sanitasi adalah akord harmoni, dan generasi muda adalah melodi masa depan. Dengan komitmen pada gaya hidup sehat, sanitasi lingkungan, gizi seimbang, serta partisipasi multisektor, kita sedang menulis masa depan yang lebih terang.

Karena bangsa yang hebat adalah bangsa yang sehat. Dan generasi yang sehat adalah masa depan yang hebat. Selamat Hari Kesehatan Nasional 2025. Mari bergerak, merawat, dan menjaga  demi Indonesia yang tangguh, cerdas, dan bermartabat.

__________________________________________________________

*) Ketua Umum PP HAKLI (himpunan ahli Kesehatan lingkungan Indonesia)/Guru Besar Kesehatan Lingkungan UIN Jakarta//Ketua Komite Ahli PMKL (penanganan masalah Kesehatan lingkungan) Kementerian Kesehatan.

Example 300250
Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *