Belum lupa dari ingatan kita soal kasus keracunan Makan Bergizi Gratis (MBG) yang menimpa para siswa di MBD, Tual dan Kota Ambon, kasus yang sama kini kembali terjadi di Kabupaten Seram Bagian Barat, Senin (20/10).
Ratusan siswa ini, dari berbagai SD dan TK di Kecamatan Kairatu, Kabupaten Seram Bagian Barat, rata-rata dilaporkan mengalami gejala mual, muntah, diare dan pusing, setelah diduga selesai mengkonsumsi Makan Bergizi Gratis yang dibagikan di sekolah.
“Setelah selesai konsumsi MBG tak lama kemudian ada yang mual dan muntah serta pusing dan setekah kita perhatikan ternyata di menu yang disajikan dalam MBG itu ada belatung serta sudah bau,” beber beberapa guru yang mendampingi siswa mereka kepada Siwalima di Puskesmas Kairatu, Senin (20/10).
Sementara itu informasi yang dihimpun Siwalima di Puskesmas Kairatu, disebutkan para siswa yang mengalami kercaunan ini berasal dari SDN Hatusua, SDN Waipirit, SDN Kairatu, SDN Waemital, dan TK Talaga Kairatu serta MI 2 Kairatu.
Puluhan siswa/siswi ini langsung dilarikan ke Pukesmas Kairatu dan Puskesmas Waimital untuk mendapatkan pertolongan medis.
Kejadian ini, sontak menimbulkan kepanikan dan kesedihan di kalangan orang tua siswa dan masyarakat Kecamatan Kairatu, dimana para orang tua siswa bergegas mendatangi puskesmas untuk memastikan kondisi anak-anak mereka.
Bahkan ada orang tua yang meneteskan air mata, saat saat mengunjungi anak-anak mereka yang terbaring lemas di Puskesmas.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Seram Bagian Barat, Suhna Umayah Patti saat dikonfirmasi Siwalima, di Puskesmas Kairatu, Senin (20/10) membenarkan adanya peristiwa keracunan MBG yang menimpa sejumlah siswa di Kecamatan Kairatu.
“Hingga saat ini siswa yang mengalami keracunan bisa mencapai ratusan orang, karena sampai saat ini sudah mencapai 90 sekian siswa dan kemungkinan masih bisa bertambah, karena siswa masih terus berdatangan, karena mereka merasa pusing, dan mual,” beber Patti.
Untuk saat ini kata Patti, pihaknya belum bisa memastikan jumlah keseluruhan siswa yang mengalami keracunan karena masih didata, bahkan masih ada yang berdatangan, sehingga kemungkinan yang mengalami keracunan bisa mencapai ratusan orang.
Pihak dinas mengetahui adanya peristiwa keracunan ini dari para guru dan dirinya langsung langsung memerintahkan stafnya untuk turun ke lapangan melakukan pendataan serta berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan untuk melakukan penanganan.
“Informasi awal terjadinya keracunan ini diterima dari para guru yang menyebutkan, bahwa ada beberapa SD dan satu TK di Kecamatan Kairatu mengalami keracunan usai mengkonsumsi MBG,” jelas Patti.
Ia menuturkan, berdasarkan laporan dari para guru, makanan bergizi gratis tersebut diduga mengandung belatung (ulat kecil) dan mengeluarkan bau tidak sedap.
“Kami sangat menyesalkan kejadian ini dan akan segera melakukan investigasi mendalam untuk mengetahui penyebab pasti keracunan ini,” tegas Patti.
Terpisah, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten SBB Geriman Kurniawan mengaku, belum dapat memberikan keterangan, sebab masih sibuk menangani para siswa yang keracunan.
“Saat ini kami masih fokus memberikan penanganan medis kepada para siswa. Mohon bersabar, nanti akan kami berikan informasi lebih detail,” ucap Kurniawan.
Sebelumnya dibeirtakan, tiga wilayah di Provinsi Maluku bikin geger dengan kasus keracunan Makan Bergizi Gratis, banyak siswa yang harus menjadi korban dirawat di rumah sakit setelah menyantap menu yang disajikan.
Tiga Wilayah
Tiga wilayah yang terkena kasus keracunan yaitu, pada akhir Juli 2025 ditemukan Belatung dalam makanan yang disajikan pada SD Kristen Seri, Kecamatan Nusaniwe, Kota Ambon, selanjutnya 11 September 30 siswa di SMP Negeri 1 Tepa, Kecamatan Pulau-Pulau Babar, Kabupaten Maluku Barat Daya alami keracunan.
Selanjutnya pada 18 September 2025, 17 siswa di SD Negeri 19 Kota Tual mengalami keracunan karena diduga memakan melon dan akhirnya dilarikan ke RS Maren, kembali, Jumat (19/9) belasan siswa pada SD Negeri 35 Desa Passo, Kecamatan Baguala, Kota Ambon alami keracunan.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Ambon, Fredy Tasso saat dikonfirmasi Siwalima melalui telepon selu-lernya, Jumat (19/9) membenarkan kejadian itu.
Ia mengaku, kurang lebih ada 16 siswa SDN 35 dilarikan ke Rumah Sakit Khusus Daerah (RSKD) Ambon, pada, Jumat (19/9) sekitar pukul 14.30 WIT.
“Informasi dari kepala Sekolah itu ada 16 siswa yang dibawa ke rumah sakit RSKD untuk dirawat akibat keracunan,” ungkap Tasso.
Menurutnya, menu MBG berupa mie yang dikonsumsi para siswa informasinya sudah berlendir atau basi, maka dampaknya para siswa keracunan.
Namun kondisi 16 siswa yang dilarikan ke rumah sakit, kini semuanya telah pulih dan telah kembali ke rumah masing-masing. “Semuanya sudah pulang karena kondisi sudah membaik,” ucap Tasso.
Walaupun seluruh siswa yang dibawah ke rumah sakit sudah kembali ke rumah, namun dirinya sangat menyayangkan kejadian tersebut terjadi.
Tasso berharap, MBG yang disalurkan ke setiap sekolah, paling lambat 4 jam sudah harus dikonsumsi oleh para siswa, sehingga makanan yang diberikan masih fresh.
“Harusnya setelah makanan matang sampai siswa konsumsi itu paling lambat itu 4 jam. Jangan melebihi 4 jam, karena nanti makanannya sudah tidak fresh,” tandasnya.
Tasso juga berharap, dapur SPPG di Kecamatan Baguala dapat berbenah dan memperbaiki kinerja mereka, sehingga kedepannya tidak terjadi lagi hal yang demikian.
“Ini kan MBG bagi anak-anak kita di sekolah. Jadi saya berharap, dapur SPPG paling tidak memperbaiki kinerja mereka, “ pintanya.
Selain itu Tasso juga mengharapkan, ketika pihak SPPG membuat makanan, harus menggunakan APD lengkap disertai sarung tangan dan masker, agar makanan tetap higienis. Kemudian transportasi yang digunakan untuk mengangkut MBG juga mesti diperhatikan kebersihan serta orang-orang yang mengantarkan MBG ke setiap sekolah.
“Intinya semua harus staril. Mulai dari APD, kemudian sarung tangan, masker sampai pada transportasi dan para pekerja yang bertugas membawa makanan ke sekolah harus diperhatikan semuanya,” tandas usul Tasso.
Pemprov Geram
Pemerintah Provinsi Maluku geram dengan kasus siswa keracunan, usai mengkonsumsi makan bergizi gratis.
Juru Bicara Pemprov Maluku Kasrul Selang mengaku, pasca keracunan tersebut pihaknya telah menerima laporan dan menyesalkan kejadian keracunan yang terjadi dibeberapa tempat di Maluku.
Menurutnya, pemerintah provinsi sering kali mengingatkan pihak pengelola Satuan Pelayanan Peme-nuhan Gizi (SPPG) agar memperhatikan prosedur tetap menyediakan makan bergizi bagi siswa.
“Mestinya kasus-kasus siswa keracunan seharusnya tidak terjadi, sebab SPPG itu sudah ada protap yang harus diperhatikan dengan serius,” kesal Kasrul kepada Siwalima melalui telepon selulernya, Jumat (19/9).
Menurut Kasrul, para pengelola dapur MBG, mestinya mengikuti protap yang sudah ada dan disepakati bersama, baik terkait tata kelola maupun higienitas dari makanan yang disajikan.
Faktanya lagi, para pengawas dari SPPG atau dapur MBG harus lebih cermat dan antisipatif dalam pengawasan maupun pendampingan guna memastikan makanan yang disajikan terjamin kualitas dan layak di konsumsi siswa.
“Seharusnya pengawas dari SPPG itu hati-hati, artinya kalau melihat ada yang salah maka jangan segan-segan memberi teguran agar diperbaiki,” ucap Kasrul.
Kasrul menegaskan, jika penyedia dan pengawas SPPG melenceng sedikit saja dari protap, maka kese-hatan anak-anak yang dipertaruhkan, sehingga kedepan harus diperhatikan secara teliti.
Awasi MBG
Anggota DPRD Provinsi Maluku Yan Zamora Noach, mengapresiasi langkah Ombudsman Maluku yang mulai melakukan pengawasan secara menyeluruh terhadap program MBG.
Pengawasan ini dilakukan kata Noach, dikarenakan pihak Ombusdman prihatin atas insiden keracunan menu makanan MBG yang menimpa siswa di berbagai daerah, termasuk di Kabupaten MBD, dalam pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis (MBG).
Bahkan informasi yang diperolehnya bahwa, Ombudsman akan melakukan monitoring secara menyeluruh terhadap program tersebut, termasuk meninjau langsung dapur penyedia makanan.
Langkah ini dilakukan, untuk memastikan penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) dan standar keamanan pangan yang ketat, sehingga kejadian serupa tidak kembali terulang di masa mendatang.
“Saya berpikir Ombusdman juga perlu lakukan pengawasan yang lebih mendalam hingga ke titik per-soalan di lapangan,” tandas Noach kepada Siwalima melalui telepon selulernya, Jumat (19/9)
Noach mengaku, di MBD baru ada dua dapur yang beroperasi yakni di Tiakur Pulau Moa dan di Tepa Pulau Babar. Jadi keduanya harus bisa dimonitoring secara ketat, apalagi di Tepa yang menjadi lokasi terjadinya masalah keracunan.
Selain Tepa, kejadian keracunan menu MBG juga baru terjadi di SDN 19 Kota Tual, ini harus dilakukan pengawasan secara menyeluruh di semua kabupaten/kota. Kehadiran Ombudsman untuk mengawasi langsung ke lapangan sangat penting, agar penanganan persoalan tidak hanya bersifat administratif, tetapi benar-benar menyentuh akar masalah yang sebenarnya.
Di Tual Keracunan
Seperti diberitakan sebelumnya, lagi-lagi program Makan Gizi Gratis makan korban di Maluku, Jika sebelumnya sebanyak 30 siswa SMP Negeri 1 Tepa, Kecamatan Pulau-Pulau Babar, Kabupaten Maluku Barat Daya, kali ini 17 Siswa SD Negeri 19 Kota Tual mengalami keracunan, Kamis (18/9).
17 siswa SDN 19 ini dilarikan ke Rumah Sakit (RS) Maren Tual pada pukul 10.30 WIT setelah menyantap makanan MBG, yang diduga berasal dari buah melon dalam paket gizi hari itu.
Peristiwa ini sontak menggemparkan guru, orang tua, hingga masyarakat sekitar sekolah.
Informasi yang diperoleh Siwalima dari sumber terpercaya menyebutkan, keracunan hanya dialami oleh siswa yang memakan buah melon. Sementara siswa lain yang tidak konsumsi melon tidak meng-alami gejala apa pun.
Sumber mengatakan lagi, dari 17 siswa setelah mendapatkan perawatan medis di RS Maren Tual, 13 siswa dinyatakan membaik dan telah dipulangkan, sedangkan 4 siswa lainnya masih dirawat.
“14 siswa kondisi sudah membaik dan sudah pulang, sedangkan 3 siswa lainnya masih dirawat di RS Maren Tual,” ujar sumber itu.
Sementara itu, Kapolres Tual, AKBP Adrian ketika dikonfirmasi membenarkan kejadian tersebut.
Menurutnya, pihaknya menerima laporkan dari sekolah bahwa 17 siswa SDN 19 Kota Tual diduga alami keracunan.
“Iya, benar. SDN 19 Tual, sekitar pukul 10.30 WIT kami terima laporan dari pihak sekolah. Saat dicek, sekitar pukul 11 korban sudah dibawa ke RS Maren Tual. Jumlah siswa yang keracunan sebanyak 17 orang,” jelas Kapolres.
Setelah dirawat di RS Maren Tual, lanjut Kapolres, penanganan dilakukan dengan cepat, sehingga kondisi siswa berangsur membaik.
“Setelah diberi obat dan infus, kondisi mereka sudah mulai stabil. Namun saat ini masih dirawat inap di rumah sakit, didampingi orang tua masing-masing,” katanya.
Kapolres menyebutkan berdasarkan data yang dihimpun, 17 siswa yang keracunan itu terdiri dari, kelas 4,5 dan kelas 6.
Belasan di MBD
Sebelumnya di Kabupaten MBD, baru empat hari berjalan, program Makanan Bergizi Gratis (MBG) di SMP Negeri Tepa, Kabupaten Maluku Barat Daya sudah bikin geger
Betapa tidak, puluhan siswa diduga mengalami keracunan usai konsumsi MBG.
Informasi yang diterima Siwalima, Kamis (11/9) menyebutkan, total 30 siswa SMP Negeri 1 Tepa yang terkonfirmasi keracunan.
Sampel menu makanan bergizi yang disajikan kepada siswa di SMP Negeri 1 Tepa, Kecamatan Pulau-Pulau Babar dikirim ke Ambon untuk diperiksa laboratorium.
Pemeriksaan laboratorium secara lengkap untuk mengetahui penyebab sampai terjadinya keracunan makanan yang dialami puluhan siswa di SMP Negeri 1 Tepa.
Penegasan ini disampaikan Dandim 1511 Pulau Moa, Letkol Inf Nuriman Siswandi dalam rapat koor-dinasi bersama Pemerintah Kabupaten Maluku Barat, Forkopimda, Dinkes Forkopimcam Babar Barat, Puskesmas Tepa serta Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Wilayah Kecamatan Babar Barat dan Pengelola Dapur Sehat, Jumat (12/9)
Dandim menegaskan, pihaknya tengah mengupayakan identifikasi penyebab pasti keracunan dengan mengirimkan sampel makanan ke laboratorium di Ambon untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Dandim bilang, evaluasi menyeluruh akan mencakup perbaikan kualitas bahan baku, sterilisasi dapur secara higienis, hingga pengawasan ketat terhadap tenaga masak.
Berdasarkan laporan, seluruh siswa yang mengalami dugaan keracunan telah dinyatakan sembuh dan dapat kembali ke rumah masing-masing dan menurut keterangan medis, kondisi yang dialami para siswa lebih mengarah pada reaksi alergi yang menyerupai keracunan, namun tidak signifikan dan telah tertangani dengan baik.
“Saya berharap, kejadian ini dapat dijadikan bahan evaluasi semua pihak sehingga program MBG ini dapat berjalan dengan baik kedepannya,” pinta Dandim dalam rakor yang dilakukan secara virtual dan dipimpin Wakil Bupati Agustinus L Kilikily.
Sementara itu, Wakil Bupati MBD Agustinus L Kilikily dalam arahannya dalam rakor itu menegaskan, rapat ini digelar menyusul adanya dugaan keracunan menu makanan MBG yang dialami pelajar SMPN Pualu Babar yang disuplay melalui dapur sehat beberapa hari lalu.

















